BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mekanika tubuh
meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan
tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.
Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan
dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai
banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan
diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini,
membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik,
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, akibat body mekanik yang buruk,
dan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
1.2.2
Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
1.2.3
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
1.2.4
Apa akibatnya body mekanik yang buruk?
1.2.5
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
1.3.2
Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
1.3.3
Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
1.3.4
Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk
1.3.5
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas
1.4 Manfaat
Dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca
guna memahami materi tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan
penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis
dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Body Mekanik
Body mekanik
merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi
3 elemen dasar yaitu :
- Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik
bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan
tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
- Koordinated Body Movement (Gerakan
tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik
berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2
Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh
penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka.
Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan.
Perawat menggunakan
berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan
selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi
pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan
efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan
perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh
adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
Merupakan prinsip
pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar,
yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
- Pusat gravitasi ( center of
gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
- Garis gravitasi ( Line Of
gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
- Dasar tumpuan ( base of suport ),
merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang
atau menahan tubuh
- Keseimbangan
Keseimbangan dalam
penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
- Berat
Dalam menggunakan
mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan
diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
] Pergerakan
Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan
mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar
dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang
berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih
mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat
gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase
yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan
halus dan berirama.
- Menahan ( squating ).
Dalam melakukan
pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang
duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan
dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan
yang akan dilakukan.
- Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar
akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda (
sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh
dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki
ditekuk lalu lakukan penarikan.
- Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan
cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian
atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
- Memutar ( pivoting ).
Memutar merupakan
gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan
memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar
tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
- Status kesehatan
Perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
- Nutrisi
Salah satu fungsi
nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel.
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
- Emosi
Kondisi psikologis
seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik,
seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
- Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan
yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan
menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
- Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan
pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
- Pengetahuan
Pengetahuan yang baik
terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem
neurologi dan muskulusletal.
2.4
Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sbb :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
- 1.
Pengkajian
- A. Riwayat
Keperawatan
Pengkajian
keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari
posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam
mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas (
pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan
diakhiri dengan mudah atau tidak.
- B.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan
massa otot, serta toleransi aktivitas.
v Kesejajaran
tubuh
Pengkajian
kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau
berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Menentukan perubahan fisiologis
normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan.
- Mengdentifikasi penyimpanan
kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
- Memberi kesempatan klien untuk
mengopservasi posturnya.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar
klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
- Mengidentifikasi trauma, kerusakan
otot, atau disfungsi saraf.
- Memperoleh informasi mengenai
factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti
kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior
guna mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah pertama
mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran
tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang
di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian
kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut :
- Kepala tegak dan midline
- Ketika dilihat dari arah
posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
- Ketika dilihat dari arah
posterior, tulang belakang lurus
- Ketika klien dilihat dari arah
lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung,
tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
- Ketika dilihat dari arah lateral,
perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan kaki
agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi.
- Lengan klien nyaman di samping.
- Kaki di tempatkan sedikit
berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari kaki menghadap
ke depan.
- Ketika klien dilihat dari arah
anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi
mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua
kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah
tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat
mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :
- Kepala tegak, leher dan tulang
belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
- Berat badan terbagi rata pada
bokong dan paha.
- Paha sejajar dan berada pada potongan
horisontal.
- Kedua kaki di topang di
lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan
pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
- Jarak 2 – 4 cm dipertahankan
antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.
Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau saraf
untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
- Lengan bawah klien ditopang pada
penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji
kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan
otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien
mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima
tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk
mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot
volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan
posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi
pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika
mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian
kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada
dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini
memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.
- Cara berjalan
Istilah gaya berjalan
digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan ( Fish &
Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai
dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama
dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan
berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian cara
berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang
lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
- Kepala tegak, pandangan lurus, dan
tulang belakang lurus
- Tumit menyentuh tanah lebih dahulu
daripada jari kaki
- Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
- Lengan mengayun ke depan bersamaan
dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
- Gaya berjalan halus,
terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan
tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
- Kecepatan berjalan (normalnya
70-100 langkah per menit)
- Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi
sendi tiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan
sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan dan siku )
dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi
dan adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada
potongan tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi
internaldan eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika mengkaji
rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn
gerak dan ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak
pasif.
Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Adanya kemerahan atau pembengkakan
sendi
- Adanya deformitas
- Perkembangan otot yang terkait
dengan masing-masing sendi
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperatur di sekitar
sendi
- Derajat gerak sendi
- Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
- Bagaimana penyakit klien
mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
- Adanya hambatan dalam bergerak
(misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
- Kewaspadaan mental dan kemampuan
klien untuk mengikuti petunjuk
- Keseimbangan dan koordinasi klien.
- Adanya hipotensi ortostatik
sebelum berpindah tempat
- Derajat kenyamanan klien
- Penglihatan
- Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu
klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan
dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
- Toleransi aktifitas
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau
kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan
jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau
aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan
toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan
lainnya.
Pengkajian toleransi
aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan
segera.
Faktor yang
Mempengaruhi Toleransi Aktivitas
|
FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status
kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status
musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan
nyeri, pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda
vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali
seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan.
Tipe dari
frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan
hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan
kadar hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana
hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran
diri.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis
kelamin.
Kehamilan
Perubahan
massa otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan
system skeletal karena perubahan perkembangan.
|
Pengkajian ini
bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :
- Disabilitas kardiovaskular dan
respiratorik
- Imobilisasi komplet dalam waktu
yang lama
- Penurunan massa otot atau gangguan
muskuloskeletal
- Tidur yang tidak mencukupi
- Nyeri
- Depresi,cemas, atau tidak
termotivasi.
Alat ukur yang paling
bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah
frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan
irama pernapasan serta tekanan darah.
- Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini
dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil
tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran
cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan
dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.
- 2.
Penetapan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan
yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain :
- Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal pada
ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
- Resiko cedera berhubungan dengan
adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang
tidk benar.
- Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa
Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktifitas
yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi
fisik yang berhubungan
dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
yang berhubungan dengan :
- Statis sekresi paru
- Ketidaktepatan posisi tubuh
Ketidakefektifan pola
napas yang berhubungan
dengan :
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
- Kertidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran
gas yang berhubungan
dengan :
- Pola napas tidak efektif
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
Gangguan integritas
kulit atau resiko gangguan integritas kulit
yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Tekanan permukaan kulit
- Gaya gesek
Gangguan eliminasi
urine yang berhubungan
dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Risiko infeksi
- Retensi urine
Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
- Statisnya sekresi paru
- Kerusakan integritas kulit
- Statisnya urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan
volume cairan yang berhubungan dengan
:
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan
koping individu yang berhubungan
dengan :
- Pengurangan tingkat aktifitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
- 3.
Perencanaan
- Memperbaiki penggunaan mekanika
tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Memulihkan dan memperbaiki
ambulasi.
- Mencegah terjadinya cedera akibat
jatuh.
- 4.
Implementasi
Dalam mempertahankan
kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan benar,
menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat
tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut
digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan
untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat
pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung
yang langsung akibat teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen
dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada
kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg,
1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan,
kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung
bagian bawah menurun.
Perawat berisiko
mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah
posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan
mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar
cara mengangkat sebagai berikut :
- Posisi beban.
Beban yang akan
diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan
seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek
berada dalam potongan sama (Stams, 1989).
- Tinggi objek.
Tinggi yang paling
baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang
dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
- Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh
pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum
berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan
tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
- Berat maksimum.
Setiap perawat harus
mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien.
Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat
badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg
tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun
nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh
atau menyebabkan cedera punggung perawat.
Ketika mengangkat,
perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem
muskuloskeletal.
Mengangkat objek dari
tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit mempertahankan
keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang sering
berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah
posisi. Klien yang mengalami
gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan
serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh
klien yang baik selama diposisikan.
Mengangkat Yang
Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Menentukan
apakah anda dapat melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Mempertahankan
keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan
cara yang sinkron.
Mengurangi risiko
cedera vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh selama mengangkat.
Mengurangi bahaya
jatuh dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi
diatas dasar dukungan.
|
Bantal siap dipakai
di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di
rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien
meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol
tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan.
Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak tepat,
perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.
Papan kaki (footboard)
diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah
kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan
kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur,
perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di
papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan alat bantu yang
menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi.
Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top tennis shoes.
Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai
ketika klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll,selimut
mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari trochanter
femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah
bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha
berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai,
maka patella langsung menghadap ke atas.
Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik
berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan
di tempatnya atau sebagai tambahan untuk Trochanter roll. Alat-alat tersebut
mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
Gulungan tangan (hand
rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan dengan
jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam
posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan
benar-benar berada dalam posisi fungsional.
Pembebat pergelangan
tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi klien untuk mempertahankan
kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan
(sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat
tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah
alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang
di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas
atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari
tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan atas.
Restrain adalah alat
bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey.
Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain
menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke
pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain jangan pernah diikat ke
sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi bergerak lebih rendah dari
tempat restrain.
Pagar tempat tidur,
pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman dan
juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah
untuk berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat tidur
adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini
berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya
matras lunak.
Meskipun setiap
prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus
perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi.
Petunjuk berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika
klien duduk atau berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu
kesejajaran. Demikian juga, jika persendian berada pada posisi tidak sedikit
fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi perawat juga mengkaji
titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial,
maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan
resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi Penyokong
Fowler. Pada posisi
penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 -600
dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi
dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda
posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan.
Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan
tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal yang normal.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
- Meningkatnya fleksi servikal
karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan.
- Ekstensi lutut memungkinkan klien
meluncur kebagian kaki tempat tidur.
- Tekaknan lutut bagian posterior,
menurunkan sirkulasi ke kaki.
- Rotasi luar pada pinggul.
- Lengan menggantung di sisi klien
tanpa disokong.
- Kaki yang tidak tersokong.
- Titik penekanan di sakrum atau di
tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien
menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal rekumben. Pada posisi terlentang
hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajajaran
berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan horisontal. Bantal
trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun
meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan
digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit
maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang disokong
dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa
masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
- Bantal di kepala terlalu tebal
dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
- Kepala datar pada matras.
- Bahu tidak disokong dan berotasi
dalam.
- Siku melebar.
- Ibu jari tidak berlawanan dengan
jari-jari lain.
- Pinggul berotasi luar.
- Tidak tersokongnya pinggul.
- Titik penekanan di bagian oksiput
kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi.
Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi
telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap kebawah. Bantal kepala harus
cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi servikal dan mempertahankan
kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah tungkai bawah
memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras. Perawat
harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:
- Hiperekstensi leher.
- hiperekstensi spinal lumbal.
- Plantar fleksi pergelangan kaki.
- Titik penekanan di dagu, siku,
pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien
bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada
pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya,
struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis
tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah
umum yang terjadi pada posisi miring :
- Flesi lateral pada leher.
- Lengkung tulang belakang keluar
dari kesejajaran normal.
- Persendian bahu dan pinggul
berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
- Kurangnya sokongan kaki.
- Titik penekanan di telinga, tulang
ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi
mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada posisi Sims berat badab berada
pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula. Masalah umum pada posisi
Sims adalah sebagai berikut :
- Fleksi lateral pada leher.
- Rotasi dalam, adduksi, atau kurang
soskongan di bahu dan pinggul.
- Kurang sokongan di kaki.
- Kurang perlindungan dari titik
pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada
klien imobilisasi yang harus diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur
dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika
tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau
memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera
muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik memindahkan,
berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada
setiap prossedur memindahkan :
- Naikan sisi bergerak [ada posisi
tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh
dari tempat tidur.
- Tinggikan tempat tidur pada
ketingian yang nyaman.
- Kaji mobilisasi dan kekuatan klien
untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan.
- Tentukan kebutuhan akan bantuan.
- Jelaskan kaji kesejajajran tubuh
yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang
melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus
meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
Perawat juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan
klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang
bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau
duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit
bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan,
sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk
melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi.
Untuk menentukan
apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan
untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien
untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi
dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat
menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang
baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk
mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat
untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan
tingkat kenyamanan klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan
pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu
berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur
sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan
orang lain.
Memindahakan Klien
dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan
tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menejlaskan
prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan
memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien
dengan cepat.
Pemindahan yang aman
adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun
kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan
menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien
dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing
atau pingsan.
Ketika memindahkan
klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan
mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak
mungkin dari klein.
Memindahkan Klien dari
Tempat Tidur ke Brankar. Klien
imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Tekinik ini
bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika
pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan
dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien
dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain perangkat.
Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan
alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar
harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar
ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.
Pada semua prosedur,
keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang
pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
v Mobilisasi
Sendi
Untuk menjamin
keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM.
Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan
latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan
berjalan. Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk
membantu berjalan.
Latihan rentang
gerak. Klien yang mengalami
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada klien yang
salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien
mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensil maka perawat menyusun
intervensi yang langsung mempertahankan mobilisasi sendi maksimum. Salah satu
intervensi keperawatan adalah latihan rentang gerak.
Untuk menjamin klien
mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu
tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan
klien. Hal ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan
rentang gerak klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur
selalu membutuhkan pemberian rentang gerak penuh pada ekstremitas dan
sendinya.
Latihan rentang gerak
dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa
bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu
oleh erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya
memberi sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien
mampu mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain
secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan
rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus
aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi
pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh.
Kecuali
kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah
pada kemampuan klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan
dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat
jangan memaksakan sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5
kali setiap bagian.
Ketika melakukan
latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang
terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau
diangkat,perawat menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi
untuk menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal
yang berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian
distal ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan
yang khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang gerak untuk leher dimungkinkan
oleh fleksibilitas vertebra servikal dan perputaran hubungn antara kepala dan
leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah spinal,trauma medula spinalis,atau
trauma saraf pusat lain,latihan gerak rentangharus dilakukan oleh klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi leher. Ketika terjadi kontraktur fleksi
dileher,maka klien leher menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat atau
terlihat menyentuh dada. Sehingga kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang
berubah,dan tingkat fungsi kemandirian terganggu.
Bahu. Satu keistimewaan bahu disbanding
sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk mengontrol,deltoid,berada
dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada otot lain yang menggunakan
kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh. Sehingga melatih bahusecara
efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang gerak. Untuk menyempurnakan
hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.
Tujuan tindakan pada
bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk
menghindari nyeri.
Ketika merawat klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun intervensi
untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat
dicapai dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member
bantal ketika klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar
mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi optimal siku berada disudut 900
. siku yang tetap berada pada posisi yang ekstensi penuh membuat ketidakmampuan
dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan
oleh lengan bawah dalam posisi setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap
berada posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan klien terbatas. Untuk
fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai supinasi ke pronasi.
Pergelangan Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah
memposisikan tangan sedikit dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh
karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan
pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap
berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan
menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan dan ibu
jari. Rentang gerak pada
jari tanagan dan ibu jari memampukan klien melakukan aktivitas sehari hari dan
aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus seperti pekerjaan tukang
kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari tanagan dan iu
jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan
posisi itu.
Pinggul. Karena ekstremitas bawah penting
sebagai daya penggerak dan pembawa berat badan, sehingga stabilitas sendi
pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai contoh, apabila salah
satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan ekstensi
penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.
Bagaimanapun,
kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien
memiliki daya penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur
fleksi menyebabakan lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi
dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi utama lutut adalah stabilitas,
yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan otot. Bagaimanapun, lutut tidak
bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan kecuali ada kekuatan
quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi penuh. Latihan
rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi penuh.
Sendi lutut yang
tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak mampuan
tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi
penuh maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi
maka orang itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin
besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa
walker atau kruk.
Pergelangan kaki dan
kaki. Selama berjalan
pergerakan sendi pergelangan kaki minimal. Bagaimanapun sendi harus stabil dan
dapat menahan berat badan, jika tidak seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi
sendi terbatas, perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang diamana
berjalan dapat di lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika seseorang
rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan berada
pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan
soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi
plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini
akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan
yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop),
yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan eversi
juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki harus
datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi
berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika inim
menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai
dank lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah
defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.
Rentang gerak adekuat
member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari, latihan, dan
berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada
ektremitas bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan normal
adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan
lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun
bersama dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas,
sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan
permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu
untuk berjalan.
Membantu klien
berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi,
dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.
Perawat menjelaskan
seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan dilakukan
kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank
lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa
lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi,
penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien
memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum memulai,
menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi
dapat di tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk mencegah
hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan
harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada
saat klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga
perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur.
Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus
memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berada
di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua
tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking
belt). walking belt adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang
klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama
berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal ini
mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang terlihat
tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau kursi
terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan
dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga
berat badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan
ke lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah
sulit,mahasiswa harus mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan
teman kelas sebelum mencoba pada situasi klinik.
Klien
hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu
sisi)sering memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping
bagian tubuh klien yang sakit dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk
pinggang klien dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior klien sehingga
tangan perawat berada di bawah aksila klien.memberikan sokongan dengan memegang
lengan klien adalah salah,karena perawat tidak mudah menyokong berat untuk
menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika
perawat memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi
bahu.
Perawat yang tidak
kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara
rata.dua perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat
memeluk pinggang klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior
sehingga kedua tangan perawat menyokong aksila klien.
Metode yang kedua
membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat berdiri di
setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan klien ke
arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan klien
diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain
dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau
klien yang berat.
Menggunakan Alat
Bantu Berjalan.walker adalah suatu
alat yang sangat ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa
logam.walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh.klien memegang
pemegang tangan pada batang di bagian atas,melangkah,memindahkan walker lebih
lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat
yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau
logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat
kaki bersegi empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk
sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus
di pakai di sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika
berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan
pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga
berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara
terus menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua
kaki atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat empat kaki
memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian
atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan
oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering digunakan
untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada
setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien
paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe
kruk, kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan
kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan
tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya
yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi
klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian
atas, dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang
yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman,
mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari
duduk.
Mengukur kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan.
Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan
penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk
meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dan aksila dan
sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut,
dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada posisi
telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita
pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm) dari aksila dan ukur
sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15 cm di
samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda lain, siku harus
difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan
goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Mengajarkan gaya
berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat pada satu
atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan
bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian
perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.
Cara berdiri cara
kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan 15
cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan
dasar sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi
kepala dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat
badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru berjalan.
Empat titik
bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi
memerlukan penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada
di lantai. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang
berlawanan (mis. Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat
badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien
memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk
berdiri, maka prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada
posisi tripod sebelum berjalan.
Mengintegrasikan
Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari
|
|
Latihan rentang gerak
aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga harus
merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang
mampu melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan
progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo
sekeletal, neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum
melakukan program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra
indikasi.
System integument. Seperti yang telah di diskusikan
sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat keterbatasan mobilisasi adalah
dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan berfokus pada pencegahan dan
penatalaksanaan.
System eliminasi.
Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada perkemihan
adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung
kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang
adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami
inkontinensia maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan eliminasi urine.
Untuk mencegah
distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran urine.
Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat
mengontrol eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan
kateter sementara atau menetap untuk mencegah distensi.
Peawat juga harus
mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur sayuran
dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak
feses, katartik, atau enema.
Tindakan
Pencegahan latihan Lansia
|
|
- 5.
Evaluasi
Evaluasi yang
diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan
ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh
dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau
turun, dan berjalan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah
koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.
Prinsip yang
digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
- Keseimbangan
- Berat
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
- Menahan ( squating ).
- Menarik ( pulling ).
- Mengangkat ( lifting ).
- Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah
- Status kesehatan
- Nutrisi
- Emosi
- Situasi dan Kebiasaan
- Gaya Hidup
- Pengetahuan
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
3.2
Saran
Demikian makalah yang
telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry
Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mekanika tubuh
meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan
tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.
Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan
dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai
banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan
diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini,
membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik,
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, akibat body mekanik yang buruk,
dan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
1.2.2
Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
1.2.3
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
1.2.4
Apa akibatnya body mekanik yang buruk?
1.2.5
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
1.3.2
Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
1.3.3
Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
1.3.4
Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk
1.3.5
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas
1.4 Manfaat
Dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca
guna memahami materi tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan
penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis
dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Body Mekanik
Body mekanik
merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi
3 elemen dasar yaitu :
- Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik
bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan
tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
- Koordinated Body Movement (Gerakan
tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik
berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2
Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh
penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka.
Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan.
Perawat menggunakan
berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan
selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi
pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan
efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan
perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh
adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
Merupakan prinsip
pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar,
yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
- Pusat gravitasi ( center of
gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
- Garis gravitasi ( Line Of
gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
- Dasar tumpuan ( base of suport ),
merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang
atau menahan tubuh
- Keseimbangan
Keseimbangan dalam
penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
- Berat
Dalam menggunakan
mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan
diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
] Pergerakan
Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan
mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar
dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang
berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih
mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat
gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase
yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan
halus dan berirama.
- Menahan ( squating ).
Dalam melakukan
pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang
duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan
dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan
yang akan dilakukan.
- Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar
akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda (
sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh
dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki
ditekuk lalu lakukan penarikan.
- Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan
cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian
atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
- Memutar ( pivoting ).
Memutar merupakan
gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan
memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar
tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
- Status kesehatan
Perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
- Nutrisi
Salah satu fungsi
nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel.
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
- Emosi
Kondisi psikologis
seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik,
seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
- Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan
yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan
menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
- Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan
pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
- Pengetahuan
Pengetahuan yang baik
terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem
neurologi dan muskulusletal.
2.4
Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sbb :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
- 1.
Pengkajian
- A. Riwayat
Keperawatan
Pengkajian
keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari
posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam
mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas (
pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan
diakhiri dengan mudah atau tidak.
- B.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan
massa otot, serta toleransi aktivitas.
v Kesejajaran
tubuh
Pengkajian
kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau
berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Menentukan perubahan fisiologis
normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan.
- Mengdentifikasi penyimpanan
kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
- Memberi kesempatan klien untuk
mengopservasi posturnya.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar
klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
- Mengidentifikasi trauma, kerusakan
otot, atau disfungsi saraf.
- Memperoleh informasi mengenai
factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti
kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior
guna mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah pertama
mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran
tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang
di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian
kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut :
- Kepala tegak dan midline
- Ketika dilihat dari arah
posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
- Ketika dilihat dari arah
posterior, tulang belakang lurus
- Ketika klien dilihat dari arah
lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung,
tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
- Ketika dilihat dari arah lateral,
perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan kaki
agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi.
- Lengan klien nyaman di samping.
- Kaki di tempatkan sedikit
berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari kaki menghadap
ke depan.
- Ketika klien dilihat dari arah
anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi
mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua
kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah
tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat
mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :
- Kepala tegak, leher dan tulang
belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
- Berat badan terbagi rata pada
bokong dan paha.
- Paha sejajar dan berada pada potongan
horisontal.
- Kedua kaki di topang di
lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan
pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
- Jarak 2 – 4 cm dipertahankan
antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.
Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau saraf
untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
- Lengan bawah klien ditopang pada
penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji
kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan
otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien
mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima
tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk
mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot
volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan
posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi
pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika
mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian
kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada
dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini
memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.
- Cara berjalan
Istilah gaya berjalan
digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan ( Fish &
Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai
dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama
dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan
berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian cara
berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang
lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
- Kepala tegak, pandangan lurus, dan
tulang belakang lurus
- Tumit menyentuh tanah lebih dahulu
daripada jari kaki
- Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
- Lengan mengayun ke depan bersamaan
dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
- Gaya berjalan halus,
terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan
tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
- Kecepatan berjalan (normalnya
70-100 langkah per menit)
- Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi
sendi tiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan
sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan dan siku )
dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi
dan adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada
potongan tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi
internaldan eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika mengkaji
rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn
gerak dan ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak
pasif.
Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Adanya kemerahan atau pembengkakan
sendi
- Adanya deformitas
- Perkembangan otot yang terkait
dengan masing-masing sendi
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperatur di sekitar
sendi
- Derajat gerak sendi
- Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
- Bagaimana penyakit klien
mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
- Adanya hambatan dalam bergerak
(misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
- Kewaspadaan mental dan kemampuan
klien untuk mengikuti petunjuk
- Keseimbangan dan koordinasi klien.
- Adanya hipotensi ortostatik
sebelum berpindah tempat
- Derajat kenyamanan klien
- Penglihatan
- Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu
klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan
dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
- Toleransi aktifitas
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau
kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan
jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau
aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan
toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan
lainnya.
Pengkajian toleransi
aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan
segera.
Faktor yang
Mempengaruhi Toleransi Aktivitas
|
FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status
kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status
musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan
nyeri, pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda
vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali
seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan.
Tipe dari
frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan
hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan
kadar hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana
hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran
diri.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis
kelamin.
Kehamilan
Perubahan
massa otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan
system skeletal karena perubahan perkembangan.
|
Pengkajian ini
bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :
- Disabilitas kardiovaskular dan
respiratorik
- Imobilisasi komplet dalam waktu
yang lama
- Penurunan massa otot atau gangguan
muskuloskeletal
- Tidur yang tidak mencukupi
- Nyeri
- Depresi,cemas, atau tidak
termotivasi.
Alat ukur yang paling
bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah
frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan
irama pernapasan serta tekanan darah.
- Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini
dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil
tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran
cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan
dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.
- 2.
Penetapan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan
yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain :
- Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal pada
ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
- Resiko cedera berhubungan dengan
adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang
tidk benar.
- Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa
Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktifitas
yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi
fisik yang berhubungan
dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
yang berhubungan dengan :
- Statis sekresi paru
- Ketidaktepatan posisi tubuh
Ketidakefektifan pola
napas yang berhubungan
dengan :
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
- Kertidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran
gas yang berhubungan
dengan :
- Pola napas tidak efektif
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
Gangguan integritas
kulit atau resiko gangguan integritas kulit
yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Tekanan permukaan kulit
- Gaya gesek
Gangguan eliminasi
urine yang berhubungan
dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Risiko infeksi
- Retensi urine
Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
- Statisnya sekresi paru
- Kerusakan integritas kulit
- Statisnya urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan
volume cairan yang berhubungan dengan
:
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan
koping individu yang berhubungan
dengan :
- Pengurangan tingkat aktifitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
- 3.
Perencanaan
- Memperbaiki penggunaan mekanika
tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Memulihkan dan memperbaiki
ambulasi.
- Mencegah terjadinya cedera akibat
jatuh.
- 4.
Implementasi
Dalam mempertahankan
kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan benar,
menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat
tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut
digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan
untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat
pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung
yang langsung akibat teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen
dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada
kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg,
1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan,
kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung
bagian bawah menurun.
Perawat berisiko
mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah
posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan
mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar
cara mengangkat sebagai berikut :
- Posisi beban.
Beban yang akan
diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan
seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek
berada dalam potongan sama (Stams, 1989).
- Tinggi objek.
Tinggi yang paling
baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang
dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
- Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh
pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum
berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan
tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
- Berat maksimum.
Setiap perawat harus
mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien.
Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat
badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg
tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun
nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh
atau menyebabkan cedera punggung perawat.
Ketika mengangkat,
perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem
muskuloskeletal.
Mengangkat objek dari
tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit mempertahankan
keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang sering
berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah
posisi. Klien yang mengalami
gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan
serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh
klien yang baik selama diposisikan.
Mengangkat Yang
Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Menentukan
apakah anda dapat melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Mempertahankan
keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan
cara yang sinkron.
Mengurangi risiko
cedera vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh selama mengangkat.
Mengurangi bahaya
jatuh dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi
diatas dasar dukungan.
|
Bantal siap dipakai
di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di
rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien
meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol
tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan.
Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak tepat,
perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.
Papan kaki (footboard)
diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah
kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan
kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur,
perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di
papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan alat bantu yang
menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi.
Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top tennis shoes.
Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai
ketika klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll,selimut
mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari trochanter
femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah
bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha
berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai,
maka patella langsung menghadap ke atas.
Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik
berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan
di tempatnya atau sebagai tambahan untuk Trochanter roll. Alat-alat tersebut
mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
Gulungan tangan (hand
rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan dengan
jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam
posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan
benar-benar berada dalam posisi fungsional.
Pembebat pergelangan
tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi klien untuk mempertahankan
kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan
(sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat
tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah
alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang
di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas
atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari
tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan atas.
Restrain adalah alat
bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey.
Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain
menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke
pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain jangan pernah diikat ke
sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi bergerak lebih rendah dari
tempat restrain.
Pagar tempat tidur,
pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman dan
juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah
untuk berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat tidur
adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini
berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya
matras lunak.
Meskipun setiap
prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus
perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi.
Petunjuk berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika
klien duduk atau berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu
kesejajaran. Demikian juga, jika persendian berada pada posisi tidak sedikit
fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi perawat juga mengkaji
titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial,
maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan
resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi Penyokong
Fowler. Pada posisi
penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 -600
dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi
dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda
posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan.
Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan
tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal yang normal.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
- Meningkatnya fleksi servikal
karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan.
- Ekstensi lutut memungkinkan klien
meluncur kebagian kaki tempat tidur.
- Tekaknan lutut bagian posterior,
menurunkan sirkulasi ke kaki.
- Rotasi luar pada pinggul.
- Lengan menggantung di sisi klien
tanpa disokong.
- Kaki yang tidak tersokong.
- Titik penekanan di sakrum atau di
tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien
menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal rekumben. Pada posisi terlentang
hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajajaran
berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan horisontal. Bantal
trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun
meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan
digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit
maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang disokong
dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa
masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
- Bantal di kepala terlalu tebal
dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
- Kepala datar pada matras.
- Bahu tidak disokong dan berotasi
dalam.
- Siku melebar.
- Ibu jari tidak berlawanan dengan
jari-jari lain.
- Pinggul berotasi luar.
- Tidak tersokongnya pinggul.
- Titik penekanan di bagian oksiput
kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi.
Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi
telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap kebawah. Bantal kepala harus
cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi servikal dan mempertahankan
kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah tungkai bawah
memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras. Perawat
harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:
- Hiperekstensi leher.
- hiperekstensi spinal lumbal.
- Plantar fleksi pergelangan kaki.
- Titik penekanan di dagu, siku,
pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien
bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada
pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya,
struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis
tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah
umum yang terjadi pada posisi miring :
- Flesi lateral pada leher.
- Lengkung tulang belakang keluar
dari kesejajaran normal.
- Persendian bahu dan pinggul
berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
- Kurangnya sokongan kaki.
- Titik penekanan di telinga, tulang
ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi
mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada posisi Sims berat badab berada
pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula. Masalah umum pada posisi
Sims adalah sebagai berikut :
- Fleksi lateral pada leher.
- Rotasi dalam, adduksi, atau kurang
soskongan di bahu dan pinggul.
- Kurang sokongan di kaki.
- Kurang perlindungan dari titik
pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada
klien imobilisasi yang harus diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur
dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika
tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau
memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera
muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik memindahkan,
berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada
setiap prossedur memindahkan :
- Naikan sisi bergerak [ada posisi
tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh
dari tempat tidur.
- Tinggikan tempat tidur pada
ketingian yang nyaman.
- Kaji mobilisasi dan kekuatan klien
untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan.
- Tentukan kebutuhan akan bantuan.
- Jelaskan kaji kesejajajran tubuh
yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang
melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus
meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
Perawat juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan
klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang
bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau
duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit
bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan,
sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk
melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi.
Untuk menentukan
apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan
untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien
untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi
dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat
menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang
baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk
mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat
untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan
tingkat kenyamanan klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan
pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu
berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur
sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan
orang lain.
Memindahakan Klien
dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan
tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menejlaskan
prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan
memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien
dengan cepat.
Pemindahan yang aman
adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun
kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan
menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien
dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing
atau pingsan.
Ketika memindahkan
klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan
mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak
mungkin dari klein.
Memindahkan Klien dari
Tempat Tidur ke Brankar. Klien
imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Tekinik ini
bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika
pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan
dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien
dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain perangkat.
Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan
alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar
harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar
ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.
Pada semua prosedur,
keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang
pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
v Mobilisasi
Sendi
Untuk menjamin
keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM.
Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan
latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan
berjalan. Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk
membantu berjalan.
Latihan rentang
gerak. Klien yang mengalami
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada klien yang
salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien
mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensil maka perawat menyusun
intervensi yang langsung mempertahankan mobilisasi sendi maksimum. Salah satu
intervensi keperawatan adalah latihan rentang gerak.
Untuk menjamin klien
mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu
tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan
klien. Hal ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan
rentang gerak klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur
selalu membutuhkan pemberian rentang gerak penuh pada ekstremitas dan
sendinya.
Latihan rentang gerak
dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa
bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu
oleh erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya
memberi sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien
mampu mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain
secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan
rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus
aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi
pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh.
Kecuali
kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah
pada kemampuan klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan
dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat
jangan memaksakan sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5
kali setiap bagian.
Ketika melakukan
latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang
terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau
diangkat,perawat menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi
untuk menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal
yang berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian
distal ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan
yang khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang gerak untuk leher dimungkinkan
oleh fleksibilitas vertebra servikal dan perputaran hubungn antara kepala dan
leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah spinal,trauma medula spinalis,atau
trauma saraf pusat lain,latihan gerak rentangharus dilakukan oleh klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi leher. Ketika terjadi kontraktur fleksi
dileher,maka klien leher menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat atau
terlihat menyentuh dada. Sehingga kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang
berubah,dan tingkat fungsi kemandirian terganggu.
Bahu. Satu keistimewaan bahu disbanding
sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk mengontrol,deltoid,berada
dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada otot lain yang menggunakan
kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh. Sehingga melatih bahusecara
efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang gerak. Untuk menyempurnakan
hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.
Tujuan tindakan pada
bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk
menghindari nyeri.
Ketika merawat klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun intervensi
untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat
dicapai dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member
bantal ketika klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar
mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi optimal siku berada disudut 900
. siku yang tetap berada pada posisi yang ekstensi penuh membuat ketidakmampuan
dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan
oleh lengan bawah dalam posisi setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap
berada posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan klien terbatas. Untuk
fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai supinasi ke pronasi.
Pergelangan Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah
memposisikan tangan sedikit dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh
karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan
pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap
berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan
menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan dan ibu
jari. Rentang gerak pada
jari tanagan dan ibu jari memampukan klien melakukan aktivitas sehari hari dan
aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus seperti pekerjaan tukang
kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari tanagan dan iu
jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan
posisi itu.
Pinggul. Karena ekstremitas bawah penting
sebagai daya penggerak dan pembawa berat badan, sehingga stabilitas sendi
pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai contoh, apabila salah
satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan ekstensi
penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.
Bagaimanapun,
kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien
memiliki daya penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur
fleksi menyebabakan lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi
dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi utama lutut adalah stabilitas,
yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan otot. Bagaimanapun, lutut tidak
bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan kecuali ada kekuatan
quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi penuh. Latihan
rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi penuh.
Sendi lutut yang
tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak mampuan
tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi
penuh maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi
maka orang itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin
besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa
walker atau kruk.
Pergelangan kaki dan
kaki. Selama berjalan
pergerakan sendi pergelangan kaki minimal. Bagaimanapun sendi harus stabil dan
dapat menahan berat badan, jika tidak seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi
sendi terbatas, perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang diamana
berjalan dapat di lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika seseorang
rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan berada
pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan
soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi
plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini
akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan
yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop),
yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan eversi
juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki harus
datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi
berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika inim
menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai
dank lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah
defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.
Rentang gerak adekuat
member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari, latihan, dan
berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada
ektremitas bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan normal
adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan
lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun
bersama dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas,
sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan
permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu
untuk berjalan.
Membantu klien
berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi,
dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.
Perawat menjelaskan
seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan dilakukan
kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank
lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa
lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi,
penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien
memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum memulai,
menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi
dapat di tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk mencegah
hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan
harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada
saat klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga
perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur.
Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus
memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berada
di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua
tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking
belt). walking belt adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang
klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama
berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal ini
mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang terlihat
tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau kursi
terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan
dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga
berat badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan
ke lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah
sulit,mahasiswa harus mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan
teman kelas sebelum mencoba pada situasi klinik.
Klien
hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu
sisi)sering memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping
bagian tubuh klien yang sakit dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk
pinggang klien dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior klien sehingga
tangan perawat berada di bawah aksila klien.memberikan sokongan dengan memegang
lengan klien adalah salah,karena perawat tidak mudah menyokong berat untuk
menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika
perawat memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi
bahu.
Perawat yang tidak
kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara
rata.dua perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat
memeluk pinggang klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior
sehingga kedua tangan perawat menyokong aksila klien.
Metode yang kedua
membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat berdiri di
setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan klien ke
arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan klien
diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain
dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau
klien yang berat.
Menggunakan Alat
Bantu Berjalan.walker adalah suatu
alat yang sangat ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa
logam.walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh.klien memegang
pemegang tangan pada batang di bagian atas,melangkah,memindahkan walker lebih
lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat
yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau
logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat
kaki bersegi empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk
sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus
di pakai di sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika
berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan
pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga
berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara
terus menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua
kaki atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat empat kaki
memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian
atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan
oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering digunakan
untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada
setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien
paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe
kruk, kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan
kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan
tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya
yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi
klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian
atas, dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang
yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman,
mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari
duduk.
Mengukur kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan.
Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan
penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk
meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dan aksila dan
sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut,
dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada posisi
telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita
pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm) dari aksila dan ukur
sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15 cm di
samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda lain, siku harus
difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan
goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Mengajarkan gaya
berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat pada satu
atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan
bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian
perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.
Cara berdiri cara
kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan 15
cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan
dasar sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi
kepala dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat
badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru berjalan.
Empat titik
bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi
memerlukan penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada
di lantai. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang
berlawanan (mis. Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat
badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien
memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk
berdiri, maka prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada
posisi tripod sebelum berjalan.
Mengintegrasikan
Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari
|
|
Latihan rentang gerak
aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga harus
merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang
mampu melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan
progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo
sekeletal, neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum
melakukan program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra
indikasi.
System integument. Seperti yang telah di diskusikan
sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat keterbatasan mobilisasi adalah
dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan berfokus pada pencegahan dan
penatalaksanaan.
System eliminasi.
Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada perkemihan
adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung
kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang
adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami
inkontinensia maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan eliminasi urine.
Untuk mencegah
distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran urine.
Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat
mengontrol eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan
kateter sementara atau menetap untuk mencegah distensi.
Peawat juga harus
mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur sayuran
dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak
feses, katartik, atau enema.
Tindakan
Pencegahan latihan Lansia
|
|
- 5.
Evaluasi
Evaluasi yang
diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan
ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh
dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau
turun, dan berjalan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah
koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.
Prinsip yang
digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
- Keseimbangan
- Berat
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
- Menahan ( squating ).
- Menarik ( pulling ).
- Mengangkat ( lifting ).
- Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah
- Status kesehatan
- Nutrisi
- Emosi
- Situasi dan Kebiasaan
- Gaya Hidup
- Pengetahuan
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
3.2
Saran
Demikian makalah yang
telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry
Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mekanika tubuh
meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan
tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.
Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan
dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai
banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan
diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini,
membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik,
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, akibat body mekanik yang buruk,
dan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
1.2.2
Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
1.2.3
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
1.2.4
Apa akibatnya body mekanik yang buruk?
1.2.5
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
1.3.2
Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
1.3.3
Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
1.3.4
Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk
1.3.5
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas
1.4 Manfaat
Dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca
guna memahami materi tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan
penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis
dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Body Mekanik
Body mekanik
merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi
3 elemen dasar yaitu :
- Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik
bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan
tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
- Koordinated Body Movement (Gerakan
tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik
berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2
Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh
penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka.
Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan.
Perawat menggunakan
berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan
selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi
pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan
efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan
perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh
adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
Merupakan prinsip
pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar,
yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
- Pusat gravitasi ( center of
gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
- Garis gravitasi ( Line Of
gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
- Dasar tumpuan ( base of suport ),
merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang
atau menahan tubuh
- Keseimbangan
Keseimbangan dalam
penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
- Berat
Dalam menggunakan
mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan
diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
] Pergerakan
Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan
mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar
dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang
berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih
mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat
gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase
yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan
halus dan berirama.
- Menahan ( squating ).
Dalam melakukan
pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang
duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan
dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan
yang akan dilakukan.
- Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar
akan memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda (
sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh
dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki
ditekuk lalu lakukan penarikan.
- Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan
cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian
atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
- Memutar ( pivoting ).
Memutar merupakan
gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan
memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar
tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
- Status kesehatan
Perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
- Nutrisi
Salah satu fungsi
nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel.
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
- Emosi
Kondisi psikologis
seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik,
seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
- Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan
yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan
menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
- Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan
pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi
antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
- Pengetahuan
Pengetahuan yang baik
terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem
neurologi dan muskulusletal.
2.4
Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sbb :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
- 1.
Pengkajian
- A. Riwayat
Keperawatan
Pengkajian
keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari
posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam
mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas (
pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan
diakhiri dengan mudah atau tidak.
- B.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan
massa otot, serta toleransi aktivitas.
v Kesejajaran
tubuh
Pengkajian
kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau
berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Menentukan perubahan fisiologis
normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan.
- Mengdentifikasi penyimpanan
kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
- Memberi kesempatan klien untuk
mengopservasi posturnya.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar
klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
- Mengidentifikasi trauma, kerusakan
otot, atau disfungsi saraf.
- Memperoleh informasi mengenai
factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti
kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior
guna mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah pertama
mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran
tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang
di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian
kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut :
- Kepala tegak dan midline
- Ketika dilihat dari arah
posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
- Ketika dilihat dari arah
posterior, tulang belakang lurus
- Ketika klien dilihat dari arah
lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung,
tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
- Ketika dilihat dari arah lateral,
perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan kaki
agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi.
- Lengan klien nyaman di samping.
- Kaki di tempatkan sedikit
berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari kaki menghadap
ke depan.
- Ketika klien dilihat dari arah
anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi
mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua
kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah
tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat
mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :
- Kepala tegak, leher dan tulang
belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
- Berat badan terbagi rata pada
bokong dan paha.
- Paha sejajar dan berada pada potongan
horisontal.
- Kedua kaki di topang di
lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan
pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
- Jarak 2 – 4 cm dipertahankan
antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.
Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau saraf
untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
- Lengan bawah klien ditopang pada
penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji
kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan
otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien
mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima
tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk
mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot
volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan
posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi
pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika
mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian
kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada
dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini
memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.
- Cara berjalan
Istilah gaya berjalan
digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan ( Fish &
Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai
dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama
dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan
berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian cara
berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang
lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
- Kepala tegak, pandangan lurus, dan
tulang belakang lurus
- Tumit menyentuh tanah lebih dahulu
daripada jari kaki
- Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
- Lengan mengayun ke depan bersamaan
dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
- Gaya berjalan halus,
terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan
tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
- Kecepatan berjalan (normalnya
70-100 langkah per menit)
- Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi
sendi tiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan
sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan dan siku )
dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi
dan adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada
potongan tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi
internaldan eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika mengkaji
rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn
gerak dan ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak
pasif.
Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Adanya kemerahan atau pembengkakan
sendi
- Adanya deformitas
- Perkembangan otot yang terkait
dengan masing-masing sendi
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperatur di sekitar
sendi
- Derajat gerak sendi
- Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
- Bagaimana penyakit klien
mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
- Adanya hambatan dalam bergerak
(misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
- Kewaspadaan mental dan kemampuan
klien untuk mengikuti petunjuk
- Keseimbangan dan koordinasi klien.
- Adanya hipotensi ortostatik
sebelum berpindah tempat
- Derajat kenyamanan klien
- Penglihatan
- Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu
klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan
dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
- Toleransi aktifitas
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau
kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan
jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau
aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan
toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan
lainnya.
Pengkajian toleransi
aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan
segera.
Faktor yang
Mempengaruhi Toleransi Aktivitas
|
FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status
kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status
musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan
nyeri, pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda
vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali
seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan.
Tipe dari
frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan
hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan
kadar hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana
hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran
diri.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis
kelamin.
Kehamilan
Perubahan
massa otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan
system skeletal karena perubahan perkembangan.
|
Pengkajian ini
bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :
- Disabilitas kardiovaskular dan
respiratorik
- Imobilisasi komplet dalam waktu
yang lama
- Penurunan massa otot atau gangguan
muskuloskeletal
- Tidur yang tidak mencukupi
- Nyeri
- Depresi,cemas, atau tidak
termotivasi.
Alat ukur yang paling
bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah
frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan
irama pernapasan serta tekanan darah.
- Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini
dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil
tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran
cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan
dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.
- 2.
Penetapan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan
yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain :
- Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal pada
ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
- Resiko cedera berhubungan dengan
adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang
tidk benar.
- Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa
Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktifitas
yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi
fisik yang berhubungan
dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
yang berhubungan dengan :
- Statis sekresi paru
- Ketidaktepatan posisi tubuh
Ketidakefektifan pola
napas yang berhubungan
dengan :
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
- Kertidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran
gas yang berhubungan
dengan :
- Pola napas tidak efektif
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
Gangguan integritas
kulit atau resiko gangguan integritas kulit
yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Tekanan permukaan kulit
- Gaya gesek
Gangguan eliminasi
urine yang berhubungan
dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Risiko infeksi
- Retensi urine
Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
- Statisnya sekresi paru
- Kerusakan integritas kulit
- Statisnya urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan
volume cairan yang berhubungan dengan
:
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan
koping individu yang berhubungan
dengan :
- Pengurangan tingkat aktifitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
- 3.
Perencanaan
- Memperbaiki penggunaan mekanika
tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
- Memulihkan dan memperbaiki
ambulasi.
- Mencegah terjadinya cedera akibat
jatuh.
- 4.
Implementasi
Dalam mempertahankan
kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan benar,
menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat
tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut
digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan
untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat
pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung
yang langsung akibat teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen
dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada
kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg,
1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan,
kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung
bagian bawah menurun.
Perawat berisiko
mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah
posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan
mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar
cara mengangkat sebagai berikut :
- Posisi beban.
Beban yang akan
diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan
seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek
berada dalam potongan sama (Stams, 1989).
- Tinggi objek.
Tinggi yang paling
baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang
dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
- Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh
pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum
berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan
tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
- Berat maksimum.
Setiap perawat harus
mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien.
Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat
badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg
tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun
nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh
atau menyebabkan cedera punggung perawat.
Ketika mengangkat,
perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem
muskuloskeletal.
Mengangkat objek dari
tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit mempertahankan
keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang sering
berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah
posisi. Klien yang mengalami
gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan
serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh
klien yang baik selama diposisikan.
Mengangkat Yang
Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
|
Menentukan
apakah anda dapat melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Mempertahankan
keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan
cara yang sinkron.
Mengurangi risiko
cedera vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh selama mengangkat.
Mengurangi bahaya
jatuh dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi
diatas dasar dukungan.
|
Bantal siap dipakai
di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di
rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien
meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol
tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan.
Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak tepat,
perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.
Papan kaki (footboard)
diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah
kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan
kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur,
perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di
papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan alat bantu yang
menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi.
Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top tennis shoes.
Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai
ketika klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll,selimut
mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari trochanter
femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah
bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha
berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai,
maka patella langsung menghadap ke atas.
Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik
berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan
di tempatnya atau sebagai tambahan untuk Trochanter roll. Alat-alat tersebut
mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
Gulungan tangan (hand
rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan dengan
jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam
posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan
benar-benar berada dalam posisi fungsional.
Pembebat pergelangan
tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi klien untuk mempertahankan
kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan
(sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat
tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah
alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang
di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas
atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari
tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan atas.
Restrain adalah alat
bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey.
Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain
menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke
pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain jangan pernah diikat ke
sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi bergerak lebih rendah dari
tempat restrain.
Pagar tempat tidur,
pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman dan
juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah
untuk berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat tidur
adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini
berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya
matras lunak.
Meskipun setiap
prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus
perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi.
Petunjuk berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika
klien duduk atau berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu
kesejajaran. Demikian juga, jika persendian berada pada posisi tidak sedikit
fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi perawat juga mengkaji
titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial,
maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan
resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi Penyokong
Fowler. Pada posisi
penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 -600
dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi
dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda
posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan.
Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan
tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal yang normal.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
- Meningkatnya fleksi servikal
karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan.
- Ekstensi lutut memungkinkan klien
meluncur kebagian kaki tempat tidur.
- Tekaknan lutut bagian posterior,
menurunkan sirkulasi ke kaki.
- Rotasi luar pada pinggul.
- Lengan menggantung di sisi klien
tanpa disokong.
- Kaki yang tidak tersokong.
- Titik penekanan di sakrum atau di
tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien
menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal rekumben. Pada posisi terlentang
hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajajaran
berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan horisontal. Bantal
trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun
meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan
digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit
maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup
kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang disokong
dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa
masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
- Bantal di kepala terlalu tebal
dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
- Kepala datar pada matras.
- Bahu tidak disokong dan berotasi
dalam.
- Siku melebar.
- Ibu jari tidak berlawanan dengan
jari-jari lain.
- Pinggul berotasi luar.
- Tidak tersokongnya pinggul.
- Titik penekanan di bagian oksiput
kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi.
Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi
telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap kebawah. Bantal kepala harus
cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi servikal dan mempertahankan
kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah tungkai bawah
memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras. Perawat
harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:
- Hiperekstensi leher.
- hiperekstensi spinal lumbal.
- Plantar fleksi pergelangan kaki.
- Titik penekanan di dagu, siku,
pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien
bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada
pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya,
struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis
tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah
umum yang terjadi pada posisi miring :
- Flesi lateral pada leher.
- Lengkung tulang belakang keluar
dari kesejajaran normal.
- Persendian bahu dan pinggul
berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
- Kurangnya sokongan kaki.
- Titik penekanan di telinga, tulang
ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi
mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada posisi Sims berat badab berada
pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula. Masalah umum pada posisi
Sims adalah sebagai berikut :
- Fleksi lateral pada leher.
- Rotasi dalam, adduksi, atau kurang
soskongan di bahu dan pinggul.
- Kurang sokongan di kaki.
- Kurang perlindungan dari titik
pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada
klien imobilisasi yang harus diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur
dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika
tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau
memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera
muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik memindahkan,
berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada
setiap prossedur memindahkan :
- Naikan sisi bergerak [ada posisi
tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh
dari tempat tidur.
- Tinggikan tempat tidur pada
ketingian yang nyaman.
- Kaji mobilisasi dan kekuatan klien
untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan.
- Tentukan kebutuhan akan bantuan.
- Jelaskan kaji kesejajajran tubuh
yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang
melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus
meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
Perawat juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan
klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang
bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau
duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit
bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan,
sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk
melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi.
Untuk menentukan
apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan
untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien
untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi
dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat
menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang
baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk
mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat
untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan
tingkat kenyamanan klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan
pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu
berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur
sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan
orang lain.
Memindahakan Klien
dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan
tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menejlaskan
prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan
memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien
dengan cepat.
Pemindahan yang aman
adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun
kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan
menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien
dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing
atau pingsan.
Ketika memindahkan
klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan
mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak
mungkin dari klein.
Memindahkan Klien dari
Tempat Tidur ke Brankar. Klien
imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Tekinik ini
bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika
pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan
dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien
dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat
dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain perangkat.
Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan
alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar
harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar
ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.
Pada semua prosedur,
keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang
pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
v Mobilisasi
Sendi
Untuk menjamin
keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM.
Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan
latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan
berjalan. Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk
membantu berjalan.
Latihan rentang
gerak. Klien yang mengalami
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada klien yang
salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien
mengalami gangguan mobilisasi aktual atau potensil maka perawat menyusun
intervensi yang langsung mempertahankan mobilisasi sendi maksimum. Salah satu
intervensi keperawatan adalah latihan rentang gerak.
Untuk menjamin klien
mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu
tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan
klien. Hal ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan
rentang gerak klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur
selalu membutuhkan pemberian rentang gerak penuh pada ekstremitas dan
sendinya.
Latihan rentang gerak
dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa
bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu
oleh erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya
memberi sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien
mampu mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain
secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan
rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus
aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi
pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh.
Kecuali
kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah
pada kemampuan klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan
dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat
jangan memaksakan sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5
kali setiap bagian.
Ketika melakukan
latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang
terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau
diangkat,perawat menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi
untuk menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal
yang berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian
distal ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan
yang khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang gerak untuk leher dimungkinkan
oleh fleksibilitas vertebra servikal dan perputaran hubungn antara kepala dan
leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah spinal,trauma medula spinalis,atau
trauma saraf pusat lain,latihan gerak rentangharus dilakukan oleh klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi leher. Ketika terjadi kontraktur fleksi
dileher,maka klien leher menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat atau
terlihat menyentuh dada. Sehingga kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang
berubah,dan tingkat fungsi kemandirian terganggu.
Bahu. Satu keistimewaan bahu disbanding
sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk mengontrol,deltoid,berada
dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada otot lain yang menggunakan
kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh. Sehingga melatih bahusecara
efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang gerak. Untuk menyempurnakan
hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.
Tujuan tindakan pada
bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk
menghindari nyeri.
Ketika merawat klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun intervensi
untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat
dicapai dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member
bantal ketika klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar
mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi optimal siku berada disudut 900
. siku yang tetap berada pada posisi yang ekstensi penuh membuat ketidakmampuan
dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan
oleh lengan bawah dalam posisi setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap
berada posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan klien terbatas. Untuk
fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai supinasi ke pronasi.
Pergelangan Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah
memposisikan tangan sedikit dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh
karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan
pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap
berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan
menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan dan ibu
jari. Rentang gerak pada
jari tanagan dan ibu jari memampukan klien melakukan aktivitas sehari hari dan
aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus seperti pekerjaan tukang
kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari tanagan dan iu
jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien
yang mengalami keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan
posisi itu.
Pinggul. Karena ekstremitas bawah penting
sebagai daya penggerak dan pembawa berat badan, sehingga stabilitas sendi
pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai contoh, apabila salah
satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan ekstensi
penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.
Bagaimanapun,
kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien
memiliki daya penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur
fleksi menyebabakan lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi
dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi utama lutut adalah stabilitas,
yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan otot. Bagaimanapun, lutut tidak
bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan kecuali ada kekuatan
quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi penuh. Latihan
rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi penuh.
Sendi lutut yang
tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak mampuan
tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi
penuh maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi
maka orang itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin
besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa
walker atau kruk.
Pergelangan kaki dan
kaki. Selama berjalan
pergerakan sendi pergelangan kaki minimal. Bagaimanapun sendi harus stabil dan
dapat menahan berat badan, jika tidak seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi
sendi terbatas, perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang diamana
berjalan dapat di lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika seseorang
rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan berada
pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan
soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi
plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini
akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan
yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop),
yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan eversi
juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki harus
datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi
berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika inim
menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai
dank lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah
defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.
Rentang gerak adekuat
member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari, latihan, dan
berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada
ektremitas bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan normal
adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan
lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun
bersama dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas,
sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan
permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu
untuk berjalan.
Membantu klien
berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi,
dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.
Perawat menjelaskan
seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan dilakukan
kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank
lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa
lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi,
penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien
memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum memulai,
menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi
dapat di tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk mencegah
hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan
harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada
saat klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga
perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur.
Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus
memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berada
di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua
tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking
belt). walking belt adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang
klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama
berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal ini
mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang terlihat
tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau kursi
terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan
dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga
berat badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan
ke lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah
sulit,mahasiswa harus mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan
teman kelas sebelum mencoba pada situasi klinik.
Klien
hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu
sisi)sering memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping
bagian tubuh klien yang sakit dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk
pinggang klien dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior klien sehingga
tangan perawat berada di bawah aksila klien.memberikan sokongan dengan memegang
lengan klien adalah salah,karena perawat tidak mudah menyokong berat untuk
menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika
perawat memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi
bahu.
Perawat yang tidak
kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara
rata.dua perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat
memeluk pinggang klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior
sehingga kedua tangan perawat menyokong aksila klien.
Metode yang kedua
membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat berdiri di
setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan klien ke
arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan klien
diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain
dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau
klien yang berat.
Menggunakan Alat
Bantu Berjalan.walker adalah suatu
alat yang sangat ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa
logam.walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang kokoh.klien memegang
pemegang tangan pada batang di bagian atas,melangkah,memindahkan walker lebih
lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat
yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau
logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat
kaki bersegi empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk
sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus
di pakai di sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika
berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan
pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga
berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara
terus menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua
kaki atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat empat kaki
memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian
atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan
oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering digunakan
untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada
setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien
paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe
kruk, kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan
kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan
tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya
yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi
klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian
atas, dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang
yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman,
mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari
duduk.
Mengukur kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan.
Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan
penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk klien dengan benar. Pengukuran kruk
meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan kruk dan aksila dan
sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut,
dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada posisi
telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit klien. Tempatkan ujung pita
pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm) dari aksila dan ukur
sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15 cm di
samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda lain, siku harus
difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan
goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Mengajarkan gaya
berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat pada satu
atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan
bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian
perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.
Cara berdiri cara
kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan 15
cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan
dasar sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi
kepala dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat
badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru berjalan.
Empat titik
bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi
memerlukan penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada
di lantai. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang
berlawanan (mis. Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat
badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien
memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk
berdiri, maka prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada
posisi tripod sebelum berjalan.
Mengintegrasikan
Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari
|
|
Latihan rentang gerak
aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga harus
merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang
mampu melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan
progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo
sekeletal, neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum
melakukan program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra
indikasi.
System integument. Seperti yang telah di diskusikan
sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat keterbatasan mobilisasi adalah
dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan berfokus pada pencegahan dan
penatalaksanaan.
System eliminasi.
Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada perkemihan
adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung
kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang
adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami
inkontinensia maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan eliminasi urine.
Untuk mencegah
distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran urine.
Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat
mengontrol eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan
kateter sementara atau menetap untuk mencegah distensi.
Peawat juga harus
mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur sayuran
dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak
feses, katartik, atau enema.
Tindakan
Pencegahan latihan Lansia
|
|
- 5.
Evaluasi
Evaluasi yang
diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan
ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh
dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau
turun, dan berjalan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah
koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.
Prinsip yang
digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
- Gravitasi
- Keseimbangan
- Berat
Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatikan, di antaranya :
- Gerakan ( ambulating ).
- Menahan ( squating ).
- Menarik ( pulling ).
- Mengangkat ( lifting ).
- Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah
- Status kesehatan
- Nutrisi
- Emosi
- Situasi dan Kebiasaan
- Gaya Hidup
- Pengetahuan
Penggunaan mekanika
tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :
- Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
- Resiko terjadinya kecelakaan pada
sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
3.2
Saran
Demikian makalah yang
telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry
Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar